Saridin (Syekh Jangkung) – Sejarah, Ajaran, dan Makam di Pati
1. Pendahuluan
Saridin, lebih dikenal dengan sebutan Syekh Jangkung, adalah tokoh waliyullah dari Pati, Jawa Tengah, yang terkenal dengan ajaran sederhana, perilaku unik, dan kesaktiannya. Ia diyakini sebagai putra Sunan Muria, salah satu anggota Walisongo, dan memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di wilayah Pantai Utara Jawa.
2. Asal-Usul dan Kehidupan Saridin
Saridin lahir di lingkungan keluarga ulama besar. Sejak kecil ia dididik langsung oleh ayahnya, Sunan Muria, dan menimba ilmu kepada Sunan Kudus serta Sunan Kalijaga. Pendidikan agama yang ia terima berpadu dengan kearifan lokal menjadikan metode dakwahnya unik—lebih mengutamakan dakwah bil hal (melalui perbuatan) daripada sekadar ucapan.
3. Ajaran dan Filosofi Hidup
Saridin dikenal sering menyampaikan ajaran melalui peribahasa sederhana namun penuh makna, di antaranya:
- “Ojo njupuk nek ora dikonkon, ojo jaluk nek ora diwek’i” (Jangan mengambil kalau tidak disuruh, jangan meminta kalau tidak diberi).
- “Ojo drengki srei, beda-bedhog colong” (Jangan iri dengki, jangan suka bertengkar, dan jangan mencuri).
Nilai yang ia tekankan antara lain:
- Kejujuran dan kesederhanaan.
- Menghindari sifat iri dan permusuhan.
- Menghormati adat dan tradisi selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
4. Kisah Mistis dan Kontroversi
Beberapa cerita rakyat menyebutkan Saridin memiliki kesaktian luar biasa, seperti mampu berpindah tempat dengan cepat atau memanggil hujan. Namun, kesaktiannya ini sempat membuatnya berbeda pendapat dengan Sunan Kudus, hingga pernah diusir karena dianggap terlalu menonjol dan eksentrik.
Meski begitu, masyarakat tetap menghormatinya sebagai wali yang membawa berkah dan keselamatan.
5. Makam dan Museum Syekh Jangkung
Makam Saridin terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen, Pati. Kompleks makam ini ramai diziarahi peziarah dari berbagai daerah, khususnya pada malam Jumat Legi dan Pahing.
Di sekitar makam terdapat Museum Syekh Jangkung yang menyimpan berbagai peninggalan beliau, seperti:
- Sepeda onthel tua.
- Batu fosil.
- Patung kerbau yang terkait legenda hidupnya.
6. Haul Tahunan Saridin
Haul Saridin diperingati setiap 14–15 Rajab dengan serangkaian acara, antara lain:
- Doa bersama dan tabur bunga di makam.
- Pergantian kelambu makam.
- Arak-arakan hasil bumi dari warga sekitar.
Acara ini menjadi ajang silaturahmi dan wujud rasa syukur masyarakat atas jasa dakwahnya.

7. Warisan Budaya
Nama Saridin diabadikan dalam kesenian rakyat seperti ketoprak yang menceritakan kisah hidupnya. Cerita-cerita ini menjadi media pembelajaran nilai moral, toleransi, dan gotong royong bagi masyarakat Pati dan sekitarnya.
Saridin (Syekh Jangkung) adalah sosok wali yang unik, mengajarkan Islam dengan pendekatan budaya, dan meninggalkan warisan nilai moral yang relevan hingga kini. Makam dan museum beliau bukan hanya pusat ziarah, tetapi juga simbol perpaduan antara dakwah Islam dan kearifan lokal Jawa.